https://madiun.times.co.id/
Kopi TIMES

Tampang Boyolali 2024

Minggu, 21 Juli 2024 - 10:44
Tampang Boyolali 2024 Dr. Bramastia, M.Pd, Direktur Boyolali Research and Analysis Movement Society (BRAMS) Institute.

TIMES MADIUN, YOGYAKARTA – Politik itu dinamis, termasuk peta politik di kabupaten Boyolali tahun 2024 ini. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Boyolali 2024-2029, kalau dicermati dengan sungguh-sungguh terasa beraroma ngeri-ngeri sedap. Bayangkan saja, penguasa Boyolali yang dulu begitu super power, kini sudah tidak punya daya lagi. 

Kekuatannya lumpuh total, mulai dari sisi logistik sampai jaringan. Semua meninggalkan penguasa sebelumnya untuk mencari cara selamat bagi dirinya masing-masing menjelang pemilihan Bupati Boyolali 2024. 

Trondolo seakan termenung kalau ingat kelakuan adiknya yang biasa dipanggil Koplo. Saat itu adiknya ikut-ikutan, tepatnya saat kejadian pelaporan salah satu calon Presiden 2019 terkait “Tampang Boyolali”. 

Banyak euforia saat melaporkan salah satu calon Presiden 2019 tentang “Tampang Boyolali” yang barangkali tidak mikir jauh pasca lapor salah satu calon Presiden 2019. Kalau mau tahu, pasca pelaporan ada yang menggerakkan aparat birokrasi, kepala desa (kades) dan aparat desa untuk aksi demo hari minggu, 4 November 2018. 

Bahkan, Koplo juga tidak tahu bila tanggal 3 November 2018 ada yang atas namakan diri sebagai Penanggungjawab Forum Boyolali Bermartabat dan kirim surat pemberitahuan ke Kapolres Boyolali untuk acara Unjuk Rasa alias Demo tentang “Tampang Boyolali” pada hari minggu, 4 November 2018. 

Momentum Demo itu lantas dipolitisir dan saat itu diplintir dengan berbagai dalih tanpa mikir tentang substansi dari “Tampang Boyolali 2019” itu sendiri. Koplo seperti sudah jatuh tertimpa tangga, sudah tidak tahu dan juga tidak mau mikir. 

Bahkan sehari sebelumnya, saat itu beredar lewat media sosial, setiap aparat birokrasi, kades dan aparat desa konon wajib membawa minimal 25 orang untuk hadir pada acara Demo hari minggunya. 

Birokrasi, kades dan aparat desa yang mestinya netral, karena tidak mikir panjang maka dengan sangat mudah untuk dimobilisasi dan dipolitisasi gara-gara “Tampang Boyolali”. Saat itu, Koplo tidak tahu dan kalau tahu pasti mikir “Tampang Boyolali 2019” itu apa.

Bayangkan saja bila mobilisasi aparat desa dan birokrasi tahun 2019 saat itu berhasil, kalau minimal 25 orang tidak desa dan jumlah desa dan kelurahan di Boyolali ada 267, maka yang hadir pasti kurang lebih 6-7 ribu orang. 

Tetapi kenyataan yang hadir orang bayaran 25-150 ribu yang suarakan sepeda motor sekaligus aparat desa, kades dan aparat birokrasi yang tidak mikir “Tampang Boyolali 2019”. Yang hadir sedikit, tetapi yang bersuara kenalpot keras sekali, bukan pesertanya yang banyak. 

Kalau Koplo mau hadir saat itu, pasti terkejut karena yang hadir kisaran seribu sampai seribu lima ratus orang. Itupun banyak massa bayaran yang pakai motor dengan suara knalpot yang dicopot. Mengapa massa aksi cuma sedikit? Ya karena aparat birokrasi, kades dan perangkat desa mulai mikir “Tampang Boyolali 2019”. 

Mulai mikir “Tampang Boyolali 2019” sebenarnya tidak sesuai hati nurani. Kini mulai mikir “Tampang Boyolali 2019” yang membuat darah tingginya naik tiga kali. Mulai mikir karena sudah lebih 10 tahun berkuasa dan mulai akan ganti tahun 2024 nanti. 

Jika Koplo ke Boyolali hari seninnya, pasti mikir karena saat itu yang tidak hadir di antara aparat birokrasi, kades dan aparat desa yang mikir jernih “Tampang Boyolali 2019” kena semprot atasan. Kasihan karena senin harinya, aparat birokrasi, kades dan aparat desa yang tak berangkat lalu ditunjuk hidungnya langsung oleh Camat dan pimpinan atasnya. Kalau tahu, Koplo pasti mikir atau setidaknya saat ini mulai mikir. 

Mulai Mikir

Seluruh rakyat Boyolali yakin bahwa Koplo mulai saat ini pasti akan mikir “Tampang Boyolali 2019”. Apalagi setelah tahu Bupati Boyolali misuhi calon Presiden 2019 yang dari militer tersebut. Aparat birokrasi, kades dan perangkat desa dimobilisasi hanya mendengarkan kata “misuh-misuh” Bupati Boyolali ke calon Presiden 2019 yang dulu adalah seorang mantan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Tentara Nasional Indonesia. Sekarang, calon Presiden 2019 yang kalah tersebut, kini terpilih menjadi Presiden Indonesia peroide 2024-2029.

Perlu disadari bahwa Politik itu tidak pasti. Tetapi yang pasti Koplo kini mulai mikir “Tampang Boyolali 2024” saat ini. Koplo mulai mikir, kalau politik 2024 berubah karena semua tidak pasti. Kekuasaan tidak selamanya dapat digenggam. 

Bupati Boyolali saja tahun 2024 sudah habis masa jabatannya. Bila Bupati Boyolali yang saat itu sangat berani “misuhi” calon Presiden 2019 dan kini calon yang dulu di “pisuhi” menjadi Presiden, maka apa yang terjadi nantinya? 

Kenyataanya, Presiden 2024 adalah orang yang dulu di “pisuhi” salah satu Bupati Boyolali. Sekali lagi bila Politik itu tidak pernah pasti dan Koplo pasti mulai mikir “Tampang Boyolali 2024” ini. 

Begitu juga dengan kangmas Trondolo yang pasti juga mikir, bagaimana nanti nasib Camat, Kades serta Perangkat Desa bila peta politik Boyolali 2024 nanti ganti? Padahal Camat, Kades serta Perangkat Desa terlanjur sering foto Selfie dengan Bupati Boyolali saat itu. 

Bahkan berani tunjuk-tunjuk hidung ke Camat, Kades serta Perangkat Desa yang tidak pro-Bupati saat itu. Politik itu bisa berubah, tetapi Camat, Kades serta Perangkat Desa terlanjur foto Selfie-nya di upload ke media social sembari diberi kata-kata “Aku orange Bupati”. 

Trondolo dan Koplo lambat laun mikir, bagaimana kalau Camat, Kades serta Perangkat Desa ada kasus hukumnya? Bila 2024 peta berubah dan ganti Bupati, maka kasus hukum yang menempel pada dirinya pasti akan diungkap dan dilaporkan. Kalau saat ini rival politik Camat, Kades serta Perangkat Desa diam, karena sedang menyusun data untuk laporan kedepannya. 

Lalu, bagaimana nasib Camat, Kades serta Perangkat Desa pasca 2024 nantinya? Lho, kok Trondolo dan Koplo menjadi mikir “Tampang Boyolali 2024” sejauh ini ya? Lha wong Camat, Kades serta Perangkat Desa tidak mikir kok! Atau mulai mikir mereka saat ini untuk mengamankan diri masing-masing. 

Trondolo dan Koplo mulai mikir, bagaimana dengan Camat, Kades serta Perangkat Desa yang bergaya dengan pose Selfie-nya? Para Camat, Kades serta Perangkat Desa bangga dan tertawa pada saat Bupati Boyolali “misuhi” calon Presiden 2019. 

Sekali lagi politik itu tidak pasti. Kalau peta politik nasional berubah, bagaimana nasib para Camat, Kades serta Perangkat Desa nantinya? Padahal gambar Selfie-nya sudah beredar di medsos bersama Bupati Boyolali yang “kendel misuhi” calon Presiden 2019 dan membawa spanduk Tolak Presiden 2019 itu. Waduh, Trondolo dan Koplo pasti mikir (dan pasti mulai sedikit gemetar) kalau politik 2024 berubah. 

Trondolo dan Koplo mencoba mengingat-ingat kelakuan sebelumnya di Boyolali. Dia dulu arogan karena merasa menjadi ring satu. Keduanya baru ingat, “tampang Boyolali 2019” beda dengan “tampang Boyolali 2024”. Trondolo dan Koplo duduk berdampingan sembari buka Wasshap di HP Android-nya sembari mikir, So, anda membaca ini ikut mikir tidak? (*)

***

*) Dr. Bramastia, M.Pd, Direktur Boyolali Research and Analysis Movement Society (BRAMS) Institute.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Madiun just now

Welcome to TIMES Madiun

TIMES Madiun is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.