https://madiun.times.co.id/
Gaya Hidup

Belajar dari Sosok Arya Dega, Pakar Drone Sukses yang Banyak Dihujat Namun Juga Diikuti

Minggu, 21 Juli 2024 - 10:32
Belajar dari Sosok Arya Dega, Pakar Drone Sukses yang Banyak Dihujat Namun Juga Diikuti Arya Dega, salah satu pendiri Federasi Drone Indonesia, yang pakar personal branding dan company branding, di sela kesibukannya dengan perangkat drone di ruang kerjanya. (FOTO: dok. Arya for TIMES Indonesia)

TIMES MADIUN, MALANGArya Dega, warga asal Malang, belakangan banyak mengundang perhatian publik, terlebih netizen atau warga dunia maya. 

Sosok Arya Dega punya banyak pengalaman penting, namun kini ia lebih dikenal luas sebagai salah satu pakar drone di Indonesia. Berbagai tips dan review drone banyak dibagikannya di media sosial. 

Ini terlihat dari akun Instagram @aryadega dan akun X @aryadega, yang sudah bercentang biru. 

Federasi-Drone-Indonesia-2.jpg

Keseharian sibuk mengajar bisnis dan kewirausahaan sebagai dosen lepas, Arya Dega punya cerita latar belakang yang unik. Cucu pertama dari pahlawan nasional Prof. Dr. Soeharso ini sempat bekerja dan memiliki hobi programming. 

"Dulu Saya rajin utak-atik skrip mulai dari jamannya MS DOS membuat BBS (bulletin board system) menggunakan modem 2400bps tahun 1996, sampai akhirnya menggeluti bidang keamanan jaringan pada sekitar tahun 2000," kata Arya mulai bercerita. 

Federasi-Drone-Indonesia-3.jpg

Arya Dega juga salah satu pendiri Federasi Drone Indonesia, yang juga sibuk mendalami ilmu personal branding dan company branding. Tentunya hal ini langsung dipraktikkan dalam keseharianya, melalui akun Instagram @aryadega dan akun X @aryadega miliknya. 

"Verifikasi biru Instagram saya, dapetnya bulan November 2022. Masih lebih duluan Twitter X saya terverifikasi bulan Mei 2016. Dari pengalaman mendapatkan status verified di Instagram dan Twitter, maka Saya coba berbagi tips kepada kawan-kawan dekat. Pada akhirnya, kerap diminta menjadi pembicara di beberapa workshop digital marketing dan branding strategy," ungkapnya. 

Sebagai salah satu pakar drone tersohor di Indonesia, tips dan review drone banyak dibagikannya melalui media sosial, yang disampaikan dengan gaya khas dan unik. 

Keunikannya menyampaikan pesan berupa video di medsos ternyata berawal dari pengalamannya digembleng di Sanggar Teater Populer peninggalan almarhum Teguh Karya, yang kini dipimpin maestro perfilman Indonesia, Slamet Rahardjo. 

"Sanggar Teater Populer adalah rumah kedua Saya. Kami semua seperti keluarga. Kalau Saya bikin salah, ya langsung dimarahi oleh para senior selayaknya kakak memarahi adiknya. Kalau bercanda pun seperti adik-kakak juga," kenang Arya Dega. 

"Saya pernah dulu marah-marah saat shoting film karena ngga ada yang mau dengar masukan dari saya. Mas Slamet malah balik ngolokin saya. Saya dibilang anak manja.. hahaha.. tapi dibalik olokan tersebut membuat saya mengkoreksi diri supaya lebih baik lagi," bebenya. 

Menurut Arya, bermain teater di sanggar tidak harus jadi aktor semua. Buktinya kesuksesan yang didapatkannya kini malah di bidang lain.  

"Segala nasihat, olokan, dimarahin, dari kakak-kakak di sanggarlah yang menjadikan Saya seperti ini sekarang," tandasnya santai. 

Arya Dega juga pernah bekerja di perusahaan penerbangan selama 2004-2007. Dan, saat ini banyak berbagi ilmu drone kepada komunitas dan koleganya sebagai pengajar sertifikasi pilot drone. 

Hingga saat ini Arya Dega memegang banyak sertifikat pilot drone dari berbagai negara seperti FDI dari Indonesia, FAA dari Amerika, dan EASA dari Eropa. 

Semua ilmu yang didapat dari ujian sertifikasi pilot drone di berbagai negara itulah yang sering dibagikan di media sosialnya. Ia juga banyak mengkritik peraturan dan regulasi drone di Indonesia untuk menjadi lebih baik lagi. 

Bahkan, saat ini Federasi Drone Indonesia menjadi yang pertama di Indonesia yang menyediaan sertifikasi online melalui website. Jadi, siapapun warga negara Indonesia bisa mengambil sertifikasi pilot drone online melaui website Federasi Drone Indonesia. 

Kepada TIMES Indonesia, Arya Dega juga berbagi tips menghadapi komentar haters atau ujaran kebencian di medsos. 

"Kalau orang bilang, ah ngga gue pikirin, lho kehidupan ngga sesimpel itu. Apakah Anda mau seumur hidup seperti itu? Kan ngga," kata Arya. 

Dia mengaku selalu berusaha merasakan seperti apa rasanya menjadi haters bagi dirinya sendiri. Dia kemudian menyimpulkan bahwa haters juga merupakan orang yang masih mencari jati diri. 

Menurutnya, 80 persen haters berada di rentang usia 18-48 tahun. Di luar itu, jarang menjadi haters. Sebab, usia di bawah 18 tahun mayoritas masih disibukkan dengan aktivitas pendidikan. Sementara orang berusi di atas 48 tahun, pada umumnya sudah lebih bijaksana dalam memandang dan menilai persoalan.  

"Jadi, saya biasa menghadapi manusia dengan ciri ciri labil, stres karena keuangan atau keluarga, bahkan hidupnya dalam kemurungan. Mereka itu manusia yang mencari pelampiasan, tapi tanpa kontak fisik, ungkapnya. 

Maka apa yang diterimanya, lebih diarahkan tekad coba memperbaiki lagi diri, agar dapat diterima lebih luas dan lebih berguna bagi masyarakat. 

Arya Dega saat ini juga memegang beberapa bisnis, salah satunya adalah web solution. Dari bisnis ini ia sekaligus memfasilitasi server daring bagi Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC), peninggalan almarhum kakeknya, Prof. Dr. Soeharso.

Selain di bidang Teknik dan Sains, Arya Dega yang juga lulusan sarjana Fisika ini adalah seorang magister manajemen. Pilihan konsentrasi pendidikan ini agar ia bisa menerapkan ilmu ekonomi di beberapa bisnisnya, yang saat ini sudah berkembang menjadi korporasi besar. (*) 

Pewarta : Khoirul Amin
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Madiun just now

Welcome to TIMES Madiun

TIMES Madiun is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.