TIMES MADIUN, JAKARTA – Nganjuk merupakan salah satu daerah di pulau jawa khususnya masuk wilayah Mataraman. Tradisi jawa sangat kental di masyarakat Nganjuk, sehingga siapa saja yang ingin mendapatkan simpati masyarakat Nganjuk harus memahami karakter dan budaya Jawanya orang Nganjuk. Dalam bahasa yang lebih elit individual culture (kebiasaan pribadi) harus dipelajari dan dikuasai.
Individual culture merupakan potret dasar sikap pribadi perorangan, yang akhirnya akan meluas menjadi Sosial Culture (kebiasaan masyarakat), sebuah kelompok komunitas masyarakat berbasis desa, kecamatan bahkan sampai kabupaten.
Kekhasan sikap masyarakat Nganjuk berbasis individual culture, seperti menghormati setiap orang, menghargai pendapat orang, memberikan apresiasi pada pemberian orang, berterima kasih atas apa yang diberikan orang, menghargai kepedulian orang merupakan sebuah contoh sikap individu yang lekat dalam kehidupan sehari hari.
Semua nilai luhur yang dilakukan masyarakat Nganjuk hakekatnya sangat mulia, namun sikap tersebut menjadi berubah ketika para aktifis politik pelan pelan memberikan pelajaran yang kurang sejalan dengan tradisi baik tersebut.
Bahkan sikap individual culture tersebut akhirnya meluas menjadi sosial culture, bahkan sekarang sedang meningkat pada national culture. Artinya tradisi personal melebar ke sosial dalam sekup lebih luas hingga akhirnya seluruh rakyat Indonesia terkenal gejala politik uang dalam segala Iven politik.
Berikut ini beberapa contoh dan jenis perilaku dan pemikiran politik yang berkembang selama pemilu tahun 2024, yang bersinggungan langsung dengan perilaku pemilih yang ada di Nganjuk :
Pertama, Setiap calon melakukan sosialisasi atau penggalangan suara menggunakan kader di setiap RT, dusun, bahkan kordes yang selalu diberi uang transport. Kalau uang transport tidak sesuai pasti kinerjanya juga tidak bisa maksimal.
Kedua, Masyarakat memahami calon anggota DPRD adalah orang yang ingin jabatan, maka dia harus mau berkorban untuk mendapatkan simpati atau ingin dipilih.
Ketiga, Masyarakat memahami calon memberikan uang transport adalah sebuah kewajiban seorang calon sebagai ganti meninggalkan pekerjaan sehari.
Keempat, Ada sebuah partai yang menggunakan konsultan politik, partai tersebut memberikan transpor dengan nilai di atas 150 ribu untuk memilih 3 kandidat, langkah tersebut lebih jitu dari pada 1 amplop isi 50 ribu saja. Bahkan ada yang memberi 200 ribu, ada calon yang menaikkan 300 ribu yang dipilih yang memberi 300 ribu.
Kelima, Masyarakat akan menghargai kehadiran seorang calon yang langsung ke rumahnya, apalagi memberi sejumlah uang sebagai ucapan terima kasih. Tindakan tersebut akan merubah keyakinan orang yang didatangi. Mereka berpaling karena calon lain tidak datang, namun hanya lewat tim suksesnya saja.
Keenam, Tokoh masyarakat tidak biasa dijadikan andalan untuk mendulang suara, karena masyarakat sudah Pinter siapa yang layak dipilih sebagai wakilnya.
Ketujuh, Perjuangan politisi berupa pembangunan infrastruktur jalan, jembatan atau bantuan lainnya hanya sebagai bahan cerita saat reses atau konsolidasi pemilih dan kader. Semua harus ada amunisi dan gizi.
Kedelapan, Kampanye politik yang disukai adalah pemberian bantuan sembako atau pengobatan gratis.
Kesembilan, Masyarakat akan memilih seorang calon yang dianggap idola karena pernah melakukan sesuatu yang berarti padanya.
Kesepuluh, Masyarakat suka pemimpin yang merakyat dan memiliki kepedulian ketika di butuhkan sewaktu waktu.
Kesebelas, Pemilih ideologis sulit dipengaruhi karena pengaruh sejarah perjuangan masa lalu.
Kedua belas, Kekecewaan pemilih ideologis terjadi ketika kepedulian dan perjuangan sebagai kader tidak diimbangi dengan perbuatan yang berarti bagi kelompoknya.
Sebuah catatan sederhana potret perilaku pemilih dalam pemilu 2024. Catatan ini tidak menjustifikasi apalagi memvonis. Semua berasal dari pernik pernik peristiwa yang terjadi saat proses pemilu dilakukan. Semoga memberi inspirasi bagi siapa saja yang ingin berbuat Nganjuk Menjadi Lebih Baik di masa yang akan datang! (*)
***
*) Oleh : HM Basori M.Si, Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocasy.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Potret Perilaku Politik Masyarakat Nganjuk dalam Pemilu 2024
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |