https://madiun.times.co.id/
Berita

Di Balik Kedatangan Jemaah Haji Indonesia, Mereka Menyambut di Bawah Terik dan Dingin Bandara Madinah

Jumat, 09 Mei 2025 - 15:57
Di Balik Kedatangan Jemaah Haji Indonesia, Mereka Menyambut di Bawah Terik dan Dingin Bandara Madinah Petugas PPIH Arab Saudi melayani Jemaah Haji Indonesia, yang tiba di Bandara AMMA Madinah. (Foto: MCH 2025 Kemenag RI)

TIMES MADIUN, JAKARTA – Tidak ada tepuk tangan. Tak ada panggung. Tapi di balik setiap kedatangan jemaah haji Indonesia di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah, ada mereka yang diam-diam berdiri, menyambut dengan senyum dan tangan terbuka.

Hari itu, suhu di Madinah menembus 42 derajat Celsius. Tidak ada angin. Udara seperti membatu. Di bawah cuaca sekeras itu, sembilan bus dari Embarkasi Batam membawa ratusan jemaah asal Riau dan Kepulauan Riau. Mereka menjadi rombongan awal yang mengawali gelombang kedatangan di Kamis siang.

Sementara itu, tak jauh dari Terminal Internasional, para petugas Indonesia turun cepat menuju Terminal Fast Track—700 meter dari lokasi utama. Mereka harus bergerak sebelum rombongan dari Jakarta Pondok Gede (JKG) tiba. Tidak ada waktu bersantai. Di tempat ini, waktu adalah segalanya: 30 menit untuk memastikan jemaah melewati pemindaian, naik bus, dan meninggalkan terminal tanpa kerumunan.

Begitu jemaah mulai melewati mesin X-ray, suara ramah petugas terdengar:

“Bapak-Ibu, mohon seluruh barang dinaikkan ke mesin X-ray, ya.”

Tangan-tangan sigap segera mengangkat koper. Tak sedikit jemaah yang sudah tampak lelah. Sebagian lansia terlihat bingung dan kebas. Di sinilah empati menjadi alat kerja utama.

Bus yang mengantar ke hotel tak bisa menunggu lama. Para lansia dan jemaah risiko tinggi diprioritaskan naik terakhir, seringkali harus dipapah atau didorong dengan kursi roda. Dalam banyak kasus, petugas tak ragu menggendong jemaah untuk melewati jarak antar ruang terminal. Tidak demi apresiasi—tapi karena mereka tahu, tugas ini bukan sekadar pekerjaan, melainkan ibadah.

Ada empat terminal utama bagi jemaah Indonesia: Fast Track, Internasional, Haji, dan Zero. Masing-masing dengan tantangan berbeda. Di Terminal Haji, misalnya, jemaah diarahkan ke pavilion (disebut “keong”) sebelum naik bus. Di sinilah koordinasi harus benar-benar rapi. Jarak dari keong ke bus sejauh 150 meter bisa terasa panjang bagi jemaah sepuh. Petugas pun sering menjadi sandaran, secara harfiah.

Sementara di Terminal Zero, alur layanan lebih ringkas. Bus menjemput tepat di depan pintu kedatangan. Tapi jangan salah: singkat bukan berarti mudah. Petugas tetap harus siaga, mengatur alur agar tak terjadi tumpukan.

Yang unik, istirahat pun bukan perkara mudah. Para petugas hanya boleh minum di area parkir, dan makan di dalam coaster—mobil kecil yang jadi “kantor bergerak” tim haji Indonesia. Otoritas bandara melarang makan di ruang terbuka atau dalam gedung. Tidak ada kantin, tidak ada ruang nyaman.

“Kadang makan siang jam empat sore. Kadang tidak sempat makan,” ujar seorang petugas yang kebagian shift siang.

Hari itu menandai hari ketujuh kedatangan jemaah Indonesia. Hingga Kamis (8/5/2025), 44.601 jemaah dari 112 kloter telah tiba. Sebanyak 7.501 jemaah dalam 19 kloter tambahan juga dijadwalkan mendarat hari itu. Petugas bekerja dalam tiga shift: 00.00–08.00, 08.00–16.00, dan 16.00–00.00. Total 28 petugas disiagakan di empat terminal di bawah koordinasi Abdul Basir (Kepala Daker Bandara) dan Ihsan Faisal (Sekretaris).

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis Muhammad Hanafi, sempat datang meninjau. “Saya menyaksikan langsung bagaimana para petugas kita memberikan layanan prima,” ungkapnya.

Namun pengakuan tertinggi datang dari mereka yang tak membawa kamera: para jemaah. Banyak yang menyebut nama-nama petugas dari seragam, sekadar mengucap terima kasih. Dalam kelelahan, para petugas bilang satu hal yang sama:
“Kami hanya ingin Allah ridha. Sisanya, biarlah malaikat yang mencatat.”

Di balik megahnya ibadah haji, ada kerja senyap yang menyatukan kekuatan fisik, mental, dan spiritual. Mereka bukan selebritas. Tapi hari-hari mereka penuh makna. Dari pukul nol sampai tengah malam, mereka menyambut tamu-tamu Allah tanpa pamrih.

Dan di tengah panas dan dingin yang menusuk, senyum jemaah adalah satu-satunya penghargaan yang mereka bawa pulang. (*)

Pewarta : Wahyu Nurdiyanto
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Madiun just now

Welcome to TIMES Madiun

TIMES Madiun is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.