https://madiun.times.co.id/
Berita

Satu Tentaranya Mati saat Melanggar Gencatan Senjata, Israel Balas Membunuh Ratusan Jiwa

Kamis, 30 Oktober 2025 - 09:50
Satu Tentaranya Mati saat Melanggar Gencatan Senjata, Israel Balas Membunuh Ratusan Jiwa Warga Palestina memeriksa lokasi serangan udara Israel semalam terhadap sebuah rumah di Kota Gaza, 29 Oktober 2025 (FOTO: CNA/Reuters)

TIMES MADIUN, JAKARTAIsrael sekali lagi melanggar gencatan senjata dengan serangkaian serangan di jalur Gaza dan PBB menyebut jumlah korban yang meninggal dunia akibat serangan Israel itu 'mengerikan'.

"Dalam semalam Israel telah membunuh lebih dari 100 warga Palestina lewat gelombang serangan udara Israel, terutama terhadap bangunan tempat tinggal, tenda pengungsi internal, dan sekolah-sekolah di Jalur Gaza, menyusul matinya seorang tentara Israel, sungguh mengerikan," kata PBB.

PBB mendesak semua pihak untuk tidak membiarkan perdamaian 'lepas dari genggaman'.

Israel mengakui telah melancarkan serangan terhadap puluhan target Hamas menyusul seorang tentaranya yang mati dalam peperangan. Semalam jalur Gaza mengalami malam pemboman paling mematikan sejak gencatan senjata yang ditengahi AS mulai berlaku 10  Oktober 2025 lalu.

Sekali lagi, kekejian Israel itu selalu mendapatkan pembenaran dari Amerika Serikat.

"Setahu saya, mereka menembak mati seorang tentara Israel," kata Trump kepada para wartawan di Air Force One. "Jadi, Israel membalas dan mereka seharusnya membalas. Ketika itu terjadi, mereka seharusnya membalas," katanya.

Kepala hak asasi manusia PBB, Volker Turk mengatakan serangan tersebut dilaporkan menghantam sekolah, rumah, dan tenda tempat tinggal para pengungsi internal di wilayah Palestina.

"Laporan bahwa lebih dari 100 warga Palestina tewas dalam semalam dalam gelombang serangan udara Israel, terutama terhadap bangunan tempat tinggal, tenda pengungsi internal, dan sekolah-sekolah di Jalur Gaza, menyusul tewasnya seorang tentara Israel, sungguh mengerikan," ujarnya dalam sebuah pernyataan.

Hukum perang sangat jelas menekankan pentingnya melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil.

Turk mengatakan Israel harus mematuhi kewajibannya berdasarkan hukum humaniter internasional, dan akan bertanggung jawab atas segala pelanggaran.

"Sangat menyedihkan bahwa pembunuhan ini terjadi tepat ketika penduduk Gaza yang telah lama menderita mulai merasa ada harapan bahwa rentetan kekerasan yang tak henti-hentinya akan berakhir," katanya.

Turk menghimbau semua pihak yang berkonflik untuk bertindak dengan itikad baik dan melaksanakan gencatan senjata, dan mendesak negara lain, terutama mereka yang berpengaruh di kawasan tersebut, untuk melakukan segala daya upaya untuk memastikan kepatuhan.

"Dua tahun terakhir telah membawa penderitaan dan kesengsaraan yang tak terkira, dan kehancuran total di Gaza," katanya.

"Kita tidak boleh membiarkan kesempatan untuk perdamaian dan jalan menuju masa depan yang lebih adil dan aman ini lepas dari genggaman kita."

Pelanggaran Baru Israel

Sumber medis di Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza melaporkan pada Rabu malam, bahwa dua warga Palestina meninggal dunia dalam serangan udara Israel yang menargetkan lingkungan Al-Salatin di kota Beit Lahia , utara Jalur Gaza, dalam pelanggaran baru Israel terhadap perjanjian gencatan senjata.

Sementara itu, militer Israel menyatakan telah melancarkan serangan di Beit Lahia, yang menargetkan apa yang digambarkannya sebagai "infrastruktur teroris" yang digunakan untuk menyimpan senjata dan peralatan udara, dan mengklaim bahwa mereka siap melancarkan serangan mendadak terhadap pasukannya.

Juru bicara Pertahanan Sipil di Gaza, Mahmoud Bassal mengonfirmasi kepada Agence France-Presse, bahwa salah satu martir gugur dalam serangan udara di daerah Atatra di Jalur Gaza utara, dan dipindahkan ke Rumah Sakit Al-Shifa.

Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan bahwa jumlah korban meninggal dunia sejak perjanjian gencatan senjata mulai 10 Oktober lalu telah mencapai 211 syuhada dan 597 lainnya luka-luka, disamping itu juga ditemukan 482 jenazah syuhada yang meninggal dunia sebelum dimulainya perjanjian.

Eskalasi ini terjadi beberapa jam setelah tentara Israel mengumumkan dimulainya kembali perjanjian gencatan senjata, menyusul serangkaian serangan kekerasan di berbagai bagian Jalur Gaza, yang mengakibatkan kematian 104 warga Palestina, termasuk 46 anak-anak, menurut data Pertahanan Sipil.

Militer Israel menyatakan akan terus melaksanakan perjanjian tersebut dan "menanggapi dengan tegas setiap pelanggarannya," sementara Menteri Pertahanan Israel Yisrael Katz menyatakan bahwa "siapa pun yang menyerang tentara dan melanggar perjanjian akan membayar harga yang mahal."

Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa'ar menegaskan bahwa apa yang disebutnya "melucuti Hamas dan mengusirnya dari Gaza merupakan inti dari rencana Presiden AS Donald Trump".

Hamas meminta masyarakat internasional untuk menekan Israel agar menghentikan pembantaian terhadap warga sipil di Jalur Gaza.

Gerakan tersebut menekankan bahwa "darah anak-anak dan perempuan Gaza tidaklah murah, dan bahwa perlawanan, beserta seluruh faksinya, telah berkomitmen pada perjanjian tersebut dengan tekad yang bertanggung jawab, tetapi tidak akan membiarkan musuh memaksakan realitas baru di bawah tembakan."

Serangan-serangan ini merupakan pelanggaran baru terhadap perjanjian yang dicapai berdasarkan rencana Presiden AS Donald Trump, yang terjadi dua tahun setelah perang pemusnahan di Jalur Gaza.

Perang ini mengakibatkan lebih dari 68.000 warga Palestina gugur dan sekitar 170.000 orang lain terluka, sebagian besar anak-anak dan perempuan, dengan biaya rekonstruksi yang diperkirakan  PBB mencapai $70 miliar. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Madiun just now

Welcome to TIMES Madiun

TIMES Madiun is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.