https://madiun.times.co.id/
Sosok

HP Hadiah dari Ayah Stroke Jadi Nyala Kecil yang Antar Farkhah Jadi Wisudawan Terbaik

Selasa, 02 Desember 2025 - 11:12
HP Hadiah dari Ayah Stroke Jadi Nyala Kecil yang Antar Farkhah Jadi Wisudawan Terbaik Farkhah Kholidah dan kedua orang tuanya. Perjuangan, kerja keras dan doa mengantarkannya menjadi wisudawan terbaik UNU Pasuruan. (Foto: DJ TIMES Indonesia)

TIMES MADIUN, PASURUAN – Pagi itu, Senin (1/12/2025) Gedung Kesenian Kota Pasuruan, Jatim, tampak berbeda. Lampu panggung menyala terang. Musik prosesi mengalun pelan. 

Lalu satu nama dipanggil dengan suara yang membuat banyak orang menahan napas: Farkhah Kholidah, mahasiswi Pendidikan Fisika Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Pasuruan.

Ia melangkah ke depan sebagai Wisudawan Terbaik Prodi Pendidikan Fisika. IPK-nya sangat bagus, 3,69.

Namun sorak bangga yang terdengar hari itu hanyalah puncak dari perjalanan panjang Farkhah. Gadis anak abang becak yang sejak kecil sudah belajar menahan letih, menabung mimpi, dan berjalan dalam keterbatasan.

Inspirasi Perjuangan Sang Ayah 

Farkhah tumbuh di Petahunan, Pasuruan. Daerah kecil yang tidak pernah menjanjikan apa pun kecuali kehidupan yang berjalan sekenanya. Ayahnya bekerja sebagai tukang becak. Ibunya ibu rumah tangga sederhana.

Hidup mereka tidak berlebihan. Bahkan sering kali kurang. Tapi dari rumah kecil itu, Farkhah belajar sesuatu yang kelak akan menjadi kekuatannya: keteguhan hati.

Pendidikan dasarnya ditempuh di SDN Petahunan 1, lalu berlanjut di SMP Negeri 7 Pasuruan dan MA Al-Ishlahiyyah Wonorejo. Setelah itu, tiga tahun ia mondok di Pondok Pesantren Putri Al-Islahiyah, Wonorejo, di bawah bimbingan Bu Nyai Hj. Ucik Nurul Hidayati.

“Pengalaman mondok membuat saya belajar disiplin dan mandiri,” tuturnya.

Pesantren mengajarinya bangun sebelum subuh, belajar di sela-sela kerja bakti, dan mengatur waktu tanpa keluhan. Bekal yang kelak menjadi penyelamat ketika kampus menuntut lebih banyak tenaga dan kesabaran.

Farkhah-Kholidah-a.jpg

Titik paling mengharukan dalam kisahnya terjadi saat awal kuliah.
Farkhah datang ke UNU Pasuruan tanpa ponsel dan tanpa laptop. Dua perangkat dasar yang hari ini menjadi kebutuhan utama mahasiswa.

Saat itu, ayahnya baru sembuh dari stroke. Tenaganya belum pulih. Tapi ada tekad yang justru lebih kuat dari tubuhnya: keinginan melihat anaknya kuliah.

Maka sang ayah berangkat ke Surabaya. Ikut saudara, bekerja apa saja. Demi satu tujuan: membelikan Farkhah sebuah ponsel agar ia bisa mengikuti kuliah.

“HP itu masih saya pakai sampai sekarang. Kalau saya mulai menyerah, saya ingat perjuangan ayah waktu itu,” katanya sambil menahan tangis.

Cerita sederhana itu adalah nyala kecil. Tapi justru nyala kecil itulah yang terus menerangi langkahnya.

Hadapi Banyak Tantangan

Tahun pertama kuliah bukan perjalanan mulus. Ayah dan ibunya tidak bisa mengendarai motor. Maka setiap hari, Farkhah naik bus dari Petahunan ke Pasar Bonagung. 

Dari sana ia menyambung mobil umum elf ke kampus. Perjalanan panjang, melelahkan, dan tidak murah.

“Kalau bus lama datang, saya telat kuliah. Itu juga alasan kenapa saya tidak ikut organisasi,” katanya.

Namun hidup memberinya kesempatan lain. Ia lolos Beasiswa KIP Kuliah. Uang dari beasiswa semester pertama ia gunakan membeli laptop.

Beasiswa berikutnya ia tabung untuk membeli sepeda motor. Padahal saat itu ia belum bisa mengendarainya.

“Kalau terus mengandalkan angkutan umum, saya takut kehilangan banyak kesempatan,” katanya.

Kalimat itu terdengar sederhana, tetapi terasa seperti tekad yang sudah lama dipupuk.

Meski menerima KIP, Farkhah tidak berdiam diri. Dari semester 3 sampai semester 6 ia bekerja sebagai pramuniaga di toko busana muslim Nibras House Pasuruan. 

Lebih dari satu tahun ia membagi waktunya. Waktu antara kelas, pekerjaan, dan tugas kuliah.

Setelah resign karena KKN dan PLP, ia sempat bekerja sebagai host live streaming di Shopee dan TikTok.

Hidupnya padat. Tapi langkahnya tidak goyah.

Di sela-sela itu, ia tetap aktif di organisasi. Pernah menjadi Bendahara Himpunan Mahasiswa Pendidikan Fisika dan panitia kegiatan LKMD.

Lewati Ujian Berat 

Namun cobaan terberat datang di ujung perjalanan: skripsi. Laptop barunya tidak kuat membuka aplikasi SPSS.

Ia harus meminjam laptop teman yang rumahnya jauh. Ia begadang dua hari. Dua malam tanpa tidur. Dua malam ditemani rasa takut tidak lulus tepat waktu.

“Waktu itu saya hampir menyerah,” kenangnya. “Tapi ingat wajah orang tua, saya lanjutkan.”

Hari ini, semua perjuangan itu terbayar. Di panggung wisuda, nama Farkhah terdengar jelas. Ayahnya duduk di barisan orang tua. Tubuhnya mungkin tidak sekuat dulu. Tapi matanya berkaca-kaca.

Sang ayah melihat putrinya naik ke panggung dengan toga. Sesuatu yang dulu hanya berani ia bayangkan samar-samar.

Bagi Farkhah, wisuda bukan akhir. Ia ingin berkarier di dunia pendidikan. Ia ingin menjadi guru yang memahami arti perjuangan murid-murid di bawah garis ketercukupan.

“Saya ingin memberikan manfaat dari ilmu yang saya miliki,” ujarnya.

Kisah Farkhah adalah pengingat bahwa keberhasilan kadang lahir dari rumah yang sederhana.
Bahwa anak tukang becak pun bisa berdiri di podium prestasi tertinggi sebuah universitas.

Bahwa semua orang bisa tumbuh melampaui garis nasib mereka; asal ada tekad, doa, dan keberanian untuk berjalan jauh.

Di Pasuruan, pada Sabtu itu, Farkhah tidak hanya menjadi wisudawan terbaik. Ia menjadi cerita. Ia menjadi harapan.

Farkhah menjadi bukti bahwa pendidikan adalah pintu yang selalu terbuka bagi siapa pun yang berani mengetuknya. (*)

Pewarta : Theofany Aulia (DJ-999)
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Madiun just now

Welcome to TIMES Madiun

TIMES Madiun is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.