Kopi TIMES

Menyoal Marketplace Guru

Kamis, 08 Juni 2023 - 15:00
Menyoal Marketplace Guru Muhammad Iqbal, M.Pd; Anggota Forum Pegiat Literasi Sumatera Barat.

TIMES MADIUN, SUMATERA – Dunia pendidikan Indonesia dihadapkan dengan gagasan Menteri Nadiem yang mengusulkan pembuatan platform marketplace bagi guru. Usulan tersebut disampaikannya saat rapat bersama Komisi X DPR RI. “Marketplace untuk guru adalah suatu database yang nantinya akan didukung secara teknologi. Di mana semua sekolah dapat mengakses, siapa saja yang bisa menjadi guru dan siapa yang saya mau undang untuk menjadi guru di sekolah saya,” ujar Nadiem yang diberitakan pada laman Republika.id (27/05/23). Usulan tersebut direncanakan akan berlaku di tahun 2024 mendatang. 

Mengutip informasi dari laman republika.id (27/05/23), nantinya akan ada dua kategori guru yang masuk dalam marketplace tersebut. Pertama, guru-guru honorer yang sudah lulus nilai ambang batas untuk menjadi calon guru aparatur sipil negara (ASN). Kedua, guru-guru lulusan pendidikan profesi guru (PPG) prajabatan, yakni guru-guru baru yang sudah lulus program PPG. Dua kategori tersebut dipilih, karena sangat mendekati kompetensi sebagai seorang guru. Sehingga guru- guru yang termasuk dalam dua kategori tersebut tidak perlu lagi mengikuti proses seleksi secara terpusat.  Mereka berhak langsung mendaftar dan menentukan lokasi mengajar sesuai keinginan masing-masing. 

Secara tidak langsung, platform yang direncanakan oleh Menteri Nadiem ini memang sangat memudahkan guru honorer untuk menemukan pekerjaan. Tetapi, di sisi lain, banyak juga kritikan yang dilontarkan dari beberapa tokoh. Dikutip dari laman republika.id, Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Iman Zanatul Haeri, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap penggunaan marketplace tersebut, menurutnya, platform tersebut akan mendegradasi guru menjadi sekedar barang jualan, sehingga kedudukan guru semakin tidak terhormat.

Selain itu, beliau juga mengatakan, dengan pembentukan lokapasar tersebut, Kemendikbudristek semakin platform oriented. Dia khawatir solusi setiap persoalan kebijakan pendidikan yang  berupa aplikasi tambahan justru tak menyelesaikan persoalan. Benar saja, bahkan sampai sekarang masih banyak guru mengeluh pusing, disebabkan tidak mampu mengakses platform yang disediakan pemerintah.

Menghargai Jasa Guru

Kemunculan platform marketplace bagi guru, tentu menuntut kita untuk kembali membuka mata hati dalam mengapresiasi kerja-kerja guru. Bagaimanapun, keberhasilan pelbagai peristiwa besar dan bersejarah di bangsa ini, tidak terlepas dari sentuhan para guru. Melalui ketulusannya mendidik, melahirkan generasi-generasi pejuang yang memperjuangkan kemajuan bangsa ini.

Sekaliber presiden Soekarno juga hasil didikan dari gurunya, yang salah satunya adalah, Raden Mas Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau lebih dikenal dengan nama H.O.S. Tjokroaminoto, laki-laki yang termasuk salah satu pimpinan organisasi Sarekat Dagang Islam tersebut, merupakan gurunya para pemimpin bangsa pada masanya, buah didikannya, lahir pemimpin - pemimpin hebat yang membawa Indonesia menuju masa kejayaannya. Sungguh, begitu besar peran guru.

Maka tidak heran, jika para ulama terdahulu begitu memuliakan para gurunya. Seperti Imam Syafi'i, penuturan yang dikisahkan pada laman khazanah republika.id, menuturkan bahwa Suatu ketika Imam Syafi'i pernah tiba-tiba mencium tangan dan memeluk hangat seorang laki-laki tua yang kebetulan bertemu muka dengannya. Tindakan tersebut jelas mengundang tanya para sahabat dan murid-murid Imam Syafi'i.

"Wahai Imam, mengapa engkau mau mencium tangan dan memeluk lelaki tua yang tak dikenal itu? Bukankah masih banyak ulama yang lebih pantas diperlakukan seperti itu dari pada dia?" tanya salah seorang sahabatnya. Dengan lugas, Imam Syafi'i menjawab: "Ia adalah salah seorang guruku. Ia kumuliakan karena pernah suatu hari aku bertanya kepadanya, bagaimana mengetahui seekor anjing telah dewasa. Sekilas ilmu yang disampaikan, memang terkesan sederhana. Tetapi, Imam Syafi'i begitu menghormatinya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Sahabat Ali Bin Abi Thalib dalam hal memuliakan guru. Khalifah yang juga menantu Rasulullah SAW tersebut pernah berkata:

"Aku adalah hamba dari siapa pun yang mengajariku walaupun hanya satu haruf. Aku pasrah padanya. Entah aku mau dijual, dimerdekakan atau tetap sebagai seorang hamba." Perkataan tersebut menunjukkan betapa luar biasanya Ali dalam memuliakan setiap guru-gurunya. Ia memasrahkan dirinya kepada keinginan yang hendak dilakukan gurunya terhadap dirinya. Teladan yang ditampilkan oleh para sahabat dan ulama dalam memuliakan guru, hendaknya menjadi inspirasi bagi kita untuk terus menghargai jasa para guru.

Seperti istilah yang seringkali dinisbatkan terhadap guru, yaitu, pahlawan tanpa tanda jasa. Menunjukkan betapa besarnya kemuliaan jiwa seorang guru, meski kadang sering dianggap tidak berjasa bagi kejayaan bangsa, tetapi hati mereka tetap tulus, menginspirasi para siswa dengan pancaran ilmunya, mendidik para siswanya dengan setulus hati dan penuh dedikasi.

Oleh karena itu, gagasan mengenai marketplace bagi guru, jangan sampai menurunkan martabat mereka. Jangan juga mengubah niat mereka, yang awalnya ingin mengabdikan diri sepenuh hati, perlahan menjadi mengejar materi. Lagi pula, markerplace yang diciptakan membuat peluang nepotisme semakin besar. selain itu, masih banyak pekerjaan rumah yang belum tuntas terkait persoalan guru, mulai dari kejelasan status dan kesejahteraan mereka yang harusnya sama-sama menjadi perhatian kita. Ini adalah tugas kita untuk mewujudkankannya, demi terciptanya pendidikan berkualitas untuk kemajuan bangsa.

***

*) Oleh: Muhammad Iqbal, M.Pd, Anggota Forum Pegiat Literasi Sumatera Barat .

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Madiun just now

Welcome to TIMES Madiun

TIMES Madiun is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.