TIMES MADIUN, JAKARTA – Hidup di era milenial seperti sekarang ini, dikenal dengan generasi yang malas karena faktor gadget. Sangat berbeda dengan kehidupan generasi Baby Bust. Bisa juga disebut dengan generasi X yang lahirnya sekitar tahun 1965-1980 an.
Mengingat kebiasaan orang dulu mendatangi rumah temannya untuk mengajak bermain. Permainan yang tradisional tentunya. Seperti bermain petak umpet, layang-layang, lompat tali karet, dan lain sebagainya yang mungkin di daerah lain namanya berbeda-beda.
Dunia sudah mulai terdobrak setelah canggihnya teknologi hadir. Biasanya bermain dengan tatap muka berubah menjadi bermain tidak bersua. Yang biasanya bisa saling melihat canda dan tawa satu sama lain berubah menjadi suara yang berdesing-desing saja.
Begitulah influence (pengaruh) Game online yang sangat luar biasa. Meskipun banyak dari anak-anak kecil sekarang yang belum menyadarinya, atau bahkan yang dewasa pun juga ikut dipengaruhi olehnya.
Sebelum lanjut ke dalam topik pembahasan yang lebih substansial. Lebih baiknya kita perlu ketahui bersama terakait dengan “apa sih Game Online itu?” meskipun sudah banyak yang mengetahuinya, tapi belum tentu untuk yang generasi old.
Mungkin mereka pernah mendengar kata tersebut. Tapi apakah dengan hanya mendengar saja akan menjamin mereka paham terhadap Game Online?. Saya pikir hal ini perlu kita definisikan.
Jika dilihat dari dua kata “Game Online” tersebut, kita sudah bisa mengetahui bahwa Game (permainan) tersebut sifatnya Online yaitu dalam jaringan (Daring). Maksudnya, Game tersebut merupakan sebuah jenis permainan yang membutuhkan koneksi dengan jaringan internet. Jika tidak demikian, maka tidak akan bisa dimainkan.
Tidak berhenti di situ, Game Online juga bisa dimainkan oleh kedua orang atau lebih tanpa face to face atau berhadapan sekalipun. Karena, jika koneksi internet sudah tersambung. Maka dari setiap pihak bisa berkomunikasi dan berinteraksi lewat Game tersebut. Mungkin, tidak lebih seperti itu pengertian dari Game Online yang saya pikir sudah cukup komprehensif.
Namun, sudah banyak dampak yang bermunculan karena dipengaruhi oleh Game Online. Bahkan Ironisnya, saat-saat ini Game Online lah yang memainkan manusia.
Contoh kongkritnya, pada sekitar bulan Februari Kemarin, seorang ayah membunuh anaknya sendiri yang masih baru berumur sekitar 6 bulan, dengan alasan terganggu ketika sang ayah sedang bermain game. dan beberapa dampak negatif lainnya.
Seperti, rela mencuri atau menjual harga diri demi membeli Diamond atau hal-hal yang ada di game tersebut. Juga, terjadinya kata-kata yang sarkastis sehingga terjadi percekcokan di antara belah pihak, dan pada akhirnya terjadi pembunuhan lagi.
Se murah itukah nyawa orang-orang sekarang ini?, miris sekali, bukan? dan masih banyak lagi kasus-kasus lain yang berkaitan dengan Game Online tersebut.
Pastinya, hal tersebut disebabkan oleh rasa kecanduannya dalam bermain Game Online, sampai-sampai lupa terhadap waktu, keluarga, bahkan tanggung jawab dirinya sendiri sebagai manusia.
Maka dari itu, agar tidak terlalu kecanduan dalam bermain Game Online, perlu kita ketahui cara-cara atau Tips mengurangi kecanduan tersebut. Di sini Penulis tidak menggunakan kata “menghilangkan”, tapi lebih memilih menggunakan kata “mengurangi”, karena mungkin saja orang-orang tidak bisa langsung move on begitu saja bagi yang sudah sangat kecanduan terhadap Game Online tersebut.
Jika Status Game Online lebih mendominasi dari pada status manusia. Ingat, manusia tercipta dengan keadaan mulia, sebagaimana yang telah di jelaskan di dalam surat Al-Israa’ ayat 70, yang artinya;
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkat mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna dibandingkan kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia di antara makhluk yang lainnya. Tapi, faktanya saat-saat ini manusia sendiri lah yang menurunkan derajatnya dari makhluk yang lain.
Kembali lagi ke dalam pembahasan tentang cara-cara untuk mengurangi kecanduan dalam bermain Game Online. Ketika saya ngopi (ngobrol pintar) dengan teman saya yang kebetulan dia tidak suka bermain game, saya tanyakan bagaimana solusi yang tepat untuk meminimalisir kecanduan dalam bermain Game Online.
Jawabannya, perbanyak kegiatan yang bermanfaat seperti kerja, olahraga, dan lain sebagainya. Pada waktu itu saya sandingkan dengan pengalaman saya sendiri yang mana pernah kecanduan bermain hampir setiap waktu. Saya pikir tips seperti sama dengan tips yang pernah saya lakukan sebelumnya, dan akhirnya pun saya mampu mengurangi kecanduan tersebut.
Sedangkan, bagaimana dengan masalah tentang pembunuhan yang disebabkan oleh Game Online? Jika saya perhatikan, dari pengalaman selama saya bermain, pasti ada dari salah satu pihak yang bermainnya Noob atau tidak pakar dalam bermain. Sehingga terjadilah kata-kata sarkas yang membuat kedua belah pihak cekcok, hingga terjadi pembunuhan.
Maka dari itu, perlu diingatkan kembali, bahwa Game Online hanyalah sebagai hiburan untuk mengisi jam kosong, dan biasanya kebanyakan orang memainkannya untuk Re-fresh otak saja. Tapi, Jika orang tersebut gampang terpancing emosi, lantas kenapa masih saja memainkannya? Mending cari aktivitas lain yang bisa membuat pikirannya tambah relax dan fresh. Seperti ber-olahraga, bercanda dengan orang terdekatnya, dan aktivitas lainnya.
Bisa kita konklusikan, bahwa Game Online hanya sebuah permainan atau hiburan. Jangan sampai menyalah gunakannya sebagai pelampiasan untuk meluapkan emosi. Mungkin saya di sini juga pernah ikut berperan sebagai orang yang kecanduan Game Online tersebut.
Maka dari itu, pesan yang bisa sampaikan di sini, jangan mudah dipengaruhi atau bahkan diperbudak olehnya. Ingat, kita manusia yang memiliki otak untuk berpikir. Jernihkan lah pikiran kita terhadap apa saja dampak yang akan terjadi kalau kita menyalah gunakan dalam bermain Game Online tersebut.
***
*) Oleh: Moh. Ilzam Nuzuli Taufik, Guru MA Nurul Jadid Sejati, dan Mahasiswa Aktif Institut Agama Islam Ngawi.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : |
Editor | : Hainorrahman |