TIMES MADIUN, JAKARTA – Lari lambat atau pelan ternyata bisa lebih bermanfaat daripada lari cepat, bahkan bisa melindungi jantung dan terhindar dari masuk angin.
Akhir-akhir ini, pendekatan yang berlawanan arah itu tengah marak, yakni lari lambat, saat orang-orang bertemu untuk bersosialisasi dan bertamasya santai.
Bahkan gerakan lari lambat, saat orang-orang itu bertemu untuk melakukan joging santai, sedang berkembang pesat.
Ini mungkin menyenangkan. Lalu bagaimana dengan semboyan jika tidak ada rasa sakit, maka tidak ada hasil?
"Ya, jangan terburu dulu," menurut sejumlah penelitian yang terus berkembang.
Sebab faktanya, berjalan dengan kecepatan yang lebih santai bisa memberikan berbagai manfaat kesehatan, mulai dari fungsi jantung hingga kesehatan mental, sekaligus menghindari dampak negatif dari memaksakan tubuh anda bekerja secara maksimal.
Seorang Profesor madya fisiologi olahraga kardiorespirasi di Universitas Anglia Ruskin, Dan Gordon seperti dilansir Daily Mail menyatakan, banyak bukti yang menunjukkan, bahwa lari pelan dan teratur bisa memperkuat jantung anda, mengurangi risiko diabetes tipe 2 serta mendukung sistem kekebalan tubuh bahkan kebugaran anda secara keseluruhan. "Jauh lebih baik daripada berlari dengan kecepatan penuh," katanya.
Disebutkan, pelari yang berlari lambat atau pelan dan sedang, memiliki tingkat kematian terendah akibat penyebab apa pun.
Sementara pelari yang berlari kencang memiliki tingkat kematian yang sama dengan kelompok yang tidak banyak bergerak.
Salah satu teori itu adalah, bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh cara lari lambat mengurangi tekanan darah saat istirahat dan memperkuat jantung.
Profesor Gordon menjelaskan, pada dasarnya, hal itu meningkatkan efisiensi dengan menumbuhkan otot jantung.
"Jika anda memiliki otot jantung yang lebih besar, otot tersebut bisa berkontraksi lebih kuat," ujar dia.
Hal itu juga meningkatkan ukuran ruang dalam jantung sehingga bisa menampung lebih banyak darah per-pompanya.
Berlari pelan juga meningkatkan daya tahan tubuh, karena anda bisa berlari dengan kecepatan yang lebih lambat dalam waktu yang lebih lama, hal inilah yang kemudian meningkatkan produksi sel darah merah, sehingga darah bisa membawa lebih banyak oksigen.
"Lambat dan mantap akan memenangkan perlombaan, begitulah pepatah lama mengatakan, dan kini sepertinya hal itu juga berlaku pada manfaat kesehatan dari olahraga," ujarnya.
Hal yang sama juga berlaku untuk latihan kardiovaskular lain yang dilakukan dengan kecepatan lebih lambat, seperti berenang, mendayung, dan bersepeda.
Konsultan swasta di bidang kedokteran olahraga dan latihan serta pelari yang bersemangat, Rebecca Robinson menambahkan, lari pelan bukan soal kecepatan yang ditetapkan, tetapi tentang berlari dengan kecepatan yang sesuai untuk anda yakni kecepatan yang meningkatkan detak jantung, tetapi membuat anda tetap bisa mengobrol.
"Secara teknis, detak jantung anda akan berada pada 60 hingga 70 persen dari detak jantung maksimum," katanya.
Tingkat pengerahan tenaga ini yang juga dikenal sebagai latihan zona 2 dimaksudkan agar cukup mudah, jadi apakah ini benar-benar dihitung sebagai latihan?
"Ya," kata Steve Haake dari Universitas Sheffield Hallam di Inggris.
"Pengeluaran energi meningkat secara linear seiring kecepatan lari, jadi total energi yang anda gunakan untuk menempuh jarak tertentu umumnya sama, terlepas dari seberapa cepat anda menempuh jarak tersebut," kata Steve Haake. "Dengan joging lambat, waktu yang dibutuhkan memang lebih lama," tambahnya.
Klub lari kini banyak didirikan khusus untuk orang yang berjalan lambat dan pelari cepat.
"Lari lambat semakin populer di kalangan pelaku olahraga rekreasi," kata Dan Gordon.
Adaptasi terhadap otot jantung ini tidak meningkat dengan latihan pada intensitas yang lebih tinggi.
Metabolisme lemak lebih efisien dan lebih baik untuk kesehatan secara keseluruhan.
Dan Gordon menambahkan, hal itu terkait dengan kadar glukosa darah yang lebih baik dan mengurangi risiko diabetes tipe 2.
"Studi telah menunjukkan bahwa peningkatan VO2 maks (kapasitas oksigen) dan kecepatan pada hari perlombaan sekitar 1 persen lebih baik bagi atlet yang memasukkan lebih banyak lari lambat dalam program latihan mereka," katanya.
"Manfaat lain dari kardio lambat, juga dikenal sebagai kardio 'zona 2', saat dilakukan pada 60-70 persen dari denyut jantung maksimum kita adalah, bahwa hal itu menyebabkan tubuh menggunakan lemak yang tersimpan sebagai bahan bakar daripada karbohidrat seperti yang terjadi pada latihan intensitas tinggi," tambah ahli fisiologi olahraga di University of Hertfordshire, Dr. Lindsy Kass.
"Saya pernah bekerja di tim dayung Inggris, dan meskipun perlombaan mereka berlangsung sekitar enam menit, mereka menghabiskan waktu satu setengah jam untuk mendayung pelan tiga kali seminggu," kata Kass.
"Tahun pertama mereka berlatih seperti itu adalah tahun mereka mulai memenangkan semua medali," katanya lagi. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Berlari Pelan Bisa Melindungi Jantung
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |