Berita

Kemungkinan Asteroid Bennu Hantam Bumi Tetap Ada Meski Kecil

Kamis, 28 September 2023 - 15:16
Kemungkinan Asteroid Bennu Hantam Bumi Tetap Ada Meski Kecil Ilustrasi bagaimana kemungkinan asteroid menabrak bumi. (FOTO: Getty Image)

TIMES MADIUN, JAKARTA – Cerita tentang asteroid Bennu masih berlanjut, dan kemungkinan asteroid ini menghantam bumi, ada, meski perbandingannya 1 : 2700, dimana kekuatannya bisa mencapai 24 kali bom nuklir.

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat, NASA, seperti dilansir CNN, memprediksi, asteroid berdiameter 490 meter itu bisa saja menghantam bumi pada 24 September 2182.

Karena itu saat ini, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat itu terus melakukan pemantauan secara ketat terhadap asteroid Bennu ini.

Namun sebuah studi pada tahun 2021, kemungkinan tabrakan antara asteroid Bennu dengan Bumi kecil, perbandingannya 1:2700.

Bennu diketahui ternyata lebih dari sekedar batu dingin berwarna hitam pekat yang meluncur melintasi angkasa dekat kita yang diperkirakan terbentuk 4,6 miliar tahun yang lalu, sehingga usianya hampir sama dengan Tata Surya itu sendiri.

Kemungkinan besar terputus dari asteroid yang jauh lebih besar sekitar 700 juta hingga dua miliar tahun yang lalu.

Para ilmuwan, seperti dilansir BBC, yakin asteroid Bennu mungkin merupakan rumah bagi molekul organik serupa dengan molekul yang membantu benih kehidupan di Bumi .

Selain itu, ada juga alasan yang lebih berfokus pada masa depan mengapa para ilmuwan ingin mempelajari lebih lanjut tentang asteroid ini.

Diperkirakan objek asteroid tersebut memiliki peluang satu dari 2.700 untuk bertabrakan dengan Bumi pada akhir abad ke-22.

Asteroid Bennu melintas dekat Bumi setiap enam tahun sekali.

Mengetahui lebih banyak tentang komposisinya, bisa  memungkinkan generasi mendatang lebih memahami cara menghentikannya jika asteroid Bennu berada di jalur yang bertabrakan dengan planet Bumi.

Setelah dua tahun mengorbit menganalisis permukaan asteroid, wahana antariksa Osiris-Rex mendarat di Bennu pada 20 Oktober 2020 lalu dengan jarak hanya 0,9 m (3 kaki) dari lokasi target yang dipilih oleh operatornya di Bumi.

Lengan robot pesawat ruang angkasa itu kemudian berhasil menembus permukaan asteroid, yang ternyata sangat mudah terjadi dan menyemprotkan gas nitrogen untuk mengirimkan awan material. Beberapa di antaranya kemudian  dikumpulkan ke dalam Sample Return Capsule berbentuk gamelan kenong itu 

Perjalanan empat tahun Osiris-Rex ke permukaan Bennu berakhir dengan kontak hanya sekitar enam detik.

Osiris-Rex mengaktifkan pendorongnya dan kembali ke luar angkasa,  ia kemudian kembali ke Bumi mengirimkan Sample Return Capsulenya, dan langsung  melesat lagi untuk menjelajahi wilayah yang lebih jauh di Tata Surya.

Perjalanan pulang akan memakan waktu dua setengah tahun.

Meski demikian, jika Bennu benar-benar menghantam Bumi, maka asteroid ini akan menghantam permukaan Bumi dengan kecepatan sekitar 11 kilometer/detik.

Menurut perhitungan NASA, Bennu bisa melepaskan 1.400 megaton energi, yang setidaknya 24 kali lebih kuat dari senjata nuklir Tsar Bomba.

Sebagai perbandingan, bom "Fat Man" yang dijatuhkan AS di Nagasaki, Jepang, menjelang akhir Perang Dunia II adalah bom berkekuatan 21 kiloton.

Dikutip dari Smithsonian, Uni Soviet menguji coba "Tsar Bomba", senjata nuklir terkuat yang pernah digunakan yang berkekuatan 50 megaton.

Itulah mengapa NASA tertarik dengan asteroid Bennu,  sehingga meluncurkan misi selama tujuh tahun untuk mempelajarinya. Misi ini pada akhirnya sudah membawa pulang sampel berharga dari asteroid ini ke Bumi.

Dikutip dari Business Insider, misi ini bisa membantu meramalkan masa depan tetangga kosmik kita dengan lebih baik, dan juga bisa memberikan wawasan yang belum pernah ada sebelumnya tentang pembentukan Bumi.

Misi pesawat ruang angkasa OSIRIS-REx mendarat di Bennu untuk mengambil sampel pada Oktober 2020, dan kemudian berhasil meraup permukaan batuan yang tidak terduga.

Sebab, permukaan Bennu menyusut hampir seperti air, dan massa kerikil di dalam kawah tempat OSIRIS-REx mendarat, yang dinamai Nightingale, nyaris menelan pesawat ruang angkasa tersebut.

Hal itu menjadi bukti bagi para ilmuwan, bahwa lapisan permukaan asteroid memiliki kerapatan yang sangat rendah. Wahana ini bahkan tenggelam sedalam 50 sentimeter ke dalam permukaan Bennu sebelum pendorong mundurnya ditembakkan.

Para ilmuwan saat ini membandingkan pengukuran dari Bennu dengan data yang dikumpulkan selama eksperimen defleksi asteroid NASA, DART, yang berhasil mengubah orbit bulan asteroid Dimorphos di sekitar batu angkasa induknya, Didymos, pada September 2022 lalu.

"Ketika saya melihat foto-foto Dimorphos, ia tampak sangat familiar; tampak seperti tumpukan puing-puing berbatu dengan tekstur yang sama," ujar peneliti utama OSIRIS-REx dari University of Arizona, Dante Lauretta, dikutip dari Space.

"Misi (DART) sangat sukses secara fenomenal. Misi ini memberikan banyak momentum pada asteroid, secara substansial memperlambat kecepatan orbitnya, dan sebagian besar karena ada begitu banyak materi yang dilontarkan dari permukaan, dan transfer energi tersebut menghasilkan perubahan signifikan pada periode orbitnya," kata Dante Lauretta.

Cerita tentang asteroid Bennu  juga begitu, bahkan ada kemungkinan asteroid ini juga bisa menghantam bumi, meski perbandingannya 1:2700, dimana kekuatannya bisa mencapai 24 kali bom nuklir. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Madiun just now

Welcome to TIMES Madiun

TIMES Madiun is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.